1%

Dari Pallet ke Profit:
Perjalanan Nurfadli Mursyid dalam Membuat Komik Tahilalats

Seorang seniman dan seorang pebisnis, CEO dan kreator dari komik strip Tahilalats, Nurfadli Mursyid berhasil meraih popularitas sebagai komik strip unik yang sudah dikenal hingga ke luar negeri karena berkolaborasi dengan band Coldplay juga Crayon Shinchan. Tahilalats adalah komik strip yang mengangkat cerita slice of life yang relate dengan keadaan banyak orang.

Nurfadli Mursyid kreator komik strip dari Tahilalats, memulai dengan hobi menggambar sembari menonton kartun sedari kecil. Namun, besar di daerah Sulawesi Selatan yang di mana minat terhadap dunia kreatif jarang ditemui, dia harus menghadapi berbagai tantangan dan menembus tembok untuk mengejar impian tersebut. Meskipun ia kuliah jurusan Teknik Sipil di Sulawesi Selatan, Nurfadli masih mempertahankan hobi menggambarnya. Seiring berjalannya waktu, kesenjangan antara minatnya dalam menggambar dan bidang studi Teknik Sipil yang digelutinya, menimbulkan keresahan akan ketidakcocokan pekerjaan dengan passionnya. Untuk mengatasi hal itu, Nurfadli terus menekuni dan melanjutkan minat menggambarnya dengan belajar ilustrasi, belajar dari internet, aktif dalam Kaskus, dan masuk komunitas. Akhirnya, Nurfadli memulai membuat blog pribadi bernama Tahilalats.com di tahun 2012. Nama Tahilalats.com dipilih karena mencari nama yang mudah diingat dan Nurfadli memiliki tahi lalat di bawah bibirnya. Blog itu berisi komik strip yang pernah dibuat dan di archive disana. Pada tahun 2014, Nurfadli mulai konsisten membuat konten di Instagram. Saat itu, Tahilalats adalah side job yang hanya dikerjakan saat iseng. Nurfadli kemudian ditawarkan oleh Webtoon untuk membuat komik sendirinya sendiri. Setelah Tahilalats masuk ke Webtoon, hal itu memberikan momentum bagi karyanya yang lebih dikenal oleh banyak orang.

Connecting the Dots: Membangun Jembatan antara Ide dan Solusi

Pada tahun 2021 Band Coldplay merilis album baru dan berkeinginan untuk memperluas jangkauan audiens mereka dengan mengadaptasi konten mereka secara lokal. Band asal Inggris ini terbentuk sejak tahun 1997 dan memiliki empat personel, yaitu Guy Berryman, Jonny Buckland, Will Champion serta Chris Martin. Saat makan siang bersama seorang teman yang bekerja di Warner Music, Nurfadli mendengar tentang proyek terbaru Coldplay dan single terbaru mereka yang akan segera rilis. Akhirnya, Nurfadli ditawari kesempatan untuk bergabung dalam campaign bersama Coldplay. Dia diminta untuk membuat konten dengan cepat, dalam kurun waktu sekitar sebulan. Tugasnya mulai dari membuat big plan hingga membuat cuplikan di balik layar yang cocok dengan tema album baru yang sedang dibuat oleh Coldplay.

Sedangkan problem dari “Crayon Shinchan” adalah tidak lagi ditayangkan di televisi sejak 2003 atau 2005 oleh KPI. Jadi bagaimana kita bisa mengembalikannya? Tugas ini akan menjadi berat karena melibatkan kolaborasi dengan merek Brand Intellectual Property (IP) dari Jepang. Sewaktu bekerja sama dengan Coldplay, Nurfadli harus menyusun proposal dan rencana bisnis, serta wishlist brand yang mau di approach yang ingin mereka ajak kerjasama. Sama halnya dengan yang Tahilalats lakukan dalam kolaborasi dengan Shinchan. Tahilalats ingin menjadi problem solver dari permasalahan yang dihadapi oleh brand itu sendiri. Tidak hanya menaruh gambar Tahilalats di produk lalu pergi begitu saja. Itulah bagaimana connecting the dots menjadi metafora yang menggambarkan bagaimana hubungan antara satu gagasan dengan gagasan lain yang akhirnya menjadi problem solver dari permasalahan yang sedang dihadapi oleh brand itu sendiri. Jadi content creator tidak hanya sekedar seniman tetapi juga sebagai problem solver.

Intellectual Property: Fondasi Penting dalam Industri Kreatif

Intellectual Property (IP) atau kekayaan intelektual elemen kunci bagi setiap individu atau organisasi yang terlibat dalam industri kreatif. Pasalnya, pencurian tidak hanya terjadi dalam bentuk fisik, tetapi juga dalam bentuk ide.

Bagaimana proses bisnis IP ini dapat terjadi? Mudahnya, Mengapa kita bisa memiliki piring dengan motif Mickey Mouse atau Doraemon? Atau kaus bergambar Star Wars? Semua ini menjadi nyata karena produk-produk tersebut ada dan kita menggunakannya. Tahap Intellectual Property (IP) memperkenalkan produknya dengan berkolaborasi dengan brand terkenal. Melalui konten yang diberikan kepada banyak orang melalui produk, IP memperluas pengalaman teatrikalnya kepada penonton dan audiensnya. Sebagai contoh, Sanrio membawa kontennya langsung secara door to door dengan mottoSmall Gift, Big Smile.” Karena itu, banyak orang yang secara alami beradaptasi dan mencari tahu lebih lanjut tentang karakter-karakter Sanrio. Oleh karena itu, Nurfadli memiliki impian yang lebih besar daripada hanya berhenti di Tahilalats saja. Tahilalats diperluas lagi dalam Minblowon universe dengan cerita yang lebih besar yang bisa dibagikan kepada para pembaca, termasuk film dan seri yang akan produksi.

Tahilalats: Membawa Emosi dan Identitas dalam Setiap Halaman

Tahilalats memiliki value tersendiri yakni memberikan emosi di dalamnya sehingga membuat orang relate dengan komik Tahilalats. “Eh ini gw banget.” Ibarat seseorang melihat dirinya sendiri di cermin. Dari awal, Nurfadli sudah menetapkan apa saja value yang dimiliki Tahilalats sehingga brand yang diterima sudah pasti memiliki frekuensi yang sama. Selain itu, dia juga telah menetapkan batasan dan guideline yang sudah ada sebelum bekerja sama dengan brand atau bisnis tertentu. Terkadang, ada pressure dimana campaign yang dibuat harus sesuai dengan idealisme Nurfadli, tetapi juga diterima netizen.

Strategi Kreatif: Menyiasati Kebosanan dan Memunculkan Ide

Saat merasa jenuh, langkah yang diambil adalah membuat kebiasaan dengan menetapkan deadline bagi diri sendiri. Nurfadli memutuskan bahwa sebelum jam 6 sore, dia harus sudah memiliki ide. Dia bahkan memiliki logical clock di sore hari untuk menghasilkan ide secepat mungkin, sehingga ketika ide datang, dia langsung mengeksekusi dalam storyboard dan meng-upload sendiri. Meskipun merasa burnout, dia memaksakan diri untuk tetap konsisten. Lalu, ketika mengalami kebuntuan, dia memilih untuk tidur agar saat bangun, pikirannya segar dan bisa jadi ide baru muncul. Selanjutnya, setelah menggunakan kamar mandi, Nurfadli menggunakan kesempatan itu untuk mencari ide. Penelitian yang dipublikasikan oleh Irving dkk. dalam American Psychological Association dengan judul “The Shower Effect: Mind Wandering Facilitates Creative Incubation During Moderately Engaging Activities” menyoroti bahwa aktivitas seperti berjalan-jalan atau aktivitas yang dilakukan di kamar mandi membantu menemukan keseimbangan antara fokus, berpikir linier, kebebasan pikiran, dan asosiasi acak, yang pada akhirnya memungkinkan munculnya ide kreatif.

Setelah memiliki tim, Nurfadli bisa mendelegasikan tugasnya kepada anggota timnya. Hal ini membantu menghindari burnout dan tekanan untuk meng-upload konten setiap hari, karena ada bank konten untuk satu atau dua bulan ke depan. Nurfadli menekankan kepada timnya untuk tidak meloloskan konten yang biasa saja dan jangan menjadi pasrah untuk sekedar upload konten. Karena, setiap konten yang di-upload harus menghasilkan rasa puas untuknya dan timnya. 

Mengabadikan Kreativitas: Perjalanan Tahilalats Menuju Legacy

Kedepannya, yang diharapkan oleh Nurfadli adalah melihat kelanjutan karya kreatif yang ia buat pertama kali untuk dilanjutkan oleh orang lain. Misalnya, seperti fenomena Star Wars, yang telah menghasilkan berbagai spin-off dari berbagai episode dan tetap relate dan dinantikan oleh banyak orang. Tahilalats masih memiliki potensi untuk terus berkembang dan diperluas oleh orang-orang kreatif lainnya. Ketika waktunya tepat, Nurfadli siap untuk melepaskan kendali atas semua karyanya. Tahilalats yang telah diciptakan tidak boleh dianggap sebagai milik seseorang saja.  Akan lebih baik jika karyanya dipikirkan oleh banyak kepala yang punya ide uniknya masing masing dan digabungin dan muncul ide yang lebih jenius lagi. Sebagai IP karya itu harus berkembang menjadi legacy yang berkesinambungan di masa depan.

Related Posts

Mengungkap Meatguy Steakhouse Perjalanan Dims si Meat Guy

Mengungkap Meatguy Steakhouse: Perjalanan Dims si Meat Guy

Dimas Ramadhan Pangestu, owner dari Meatguy Steakhouse, atau yang biasa dikenal sebagai Dims the Meat Guy. Kisahnya dimulai dari sebuah keisengan mengunggah konten memasak daging di platform TikTok. Tidak disangka, kontennya menjadi viral sehingga memicu rasa penasaran banyak orang.

Mengungkap Meatguy Steakhouse Perjalanan Dims si Meat Guy

Mengungkap Meatguy Steakhouse: Perjalanan Dims si Meat Guy

Dimas Ramadhan Pangestu, owner dari Meatguy Steakhouse, atau yang biasa dikenal sebagai Dims the Meat Guy. Kisahnya dimulai dari sebuah keisengan mengunggah konten memasak daging di platform TikTok. Tidak disangka, kontennya menjadi viral sehingga memicu rasa penasaran banyak orang.