Mengungkap Meatguy Steakhouse: Perjalanan Dims si Meat Guy

Dimas Ramadhan Pangestu, owner dari Meatguy Steakhouse, atau yang biasa dikenal sebagai Dims the Meat Guy. Kisahnya dimulai dari sebuah keisengan mengunggah konten memasak daging di platform TikTok. Tidak disangka, kontennya menjadi viral sehingga memicu rasa penasaran banyak orang. Namun, sebelum meraih kesuksesan ini, ia pernah menjalani masa-masa bekerja sebagai cleaning service yang membersihkan toilet di sebuah restoran Italia di Jerman. Meat Guy Steakhouse bukanlah tempat biasa untuk makan daging. Dimas seringkali menyediakan jenis daging sapi yang langka dan sulit ditemukan di tempat lain, seperti wagyu A5. Tingkat A5 menandakan kualitas tertinggi dari daging sapi wagyu, terkenal akan rasa dan pola lemak berpola marble-nya yang khas, berasal langsung dari Jepang. Harganya bervariasi, mulai dari daging setara dengan gaji UMR sampai dengan daging senilai dengan satu unit motor Honda Vario Baru atau seharga 18 jutaan. Untuk menikmati sajian di sana, reservasi harus dilakukan dari jauh-jauh hari karena Meat Guy Steakhouse tidak menyediakan layanan dine in. Dibuka dalam lima sesi sehari, dari pukul 12 siang hingga 9 malam. Pengunjung harus menanti antrian reservasi yang panjang, dengan waktu tunggu mencapai 3 hingga 6 bulan.

Menuju Impian: Kisah Perjalanan Dimas The Meat Guy dari Steward ke Cook di Jerman

Pada tahun 2014, Dimas mendapatkan kesempatan untuk magang di Jerman. Sembari magang, ia bekerja di salah satu restoran Italia menjadi seorang cook yang ditugaskan khusus untuk memasak pasta dan pizza. Sebelum dipercaya menjadi seorang cook, langkah awalnya adalah menjadi seorang steward yang juga merangkap sebagai cleaning service. Tanggung jawabnya adalah membersihkan area-area yang sering terlupakan, seperti bagian-bagian yang jarang disentuh, dry storage bahkan mesin pembuat pizza yang sering terlupakan. Sebelum diberikan kesempatan untuk bisa memasak di dapur, langkah pertama yang diajarkan kepadanya adalah bagaimana membersihkan toilet dengan sempurna. Ia dipandu dalam setiap langkah, mulai dari mengganti tisu hingga membersihkan flush, tanpa menggunakan jet shower. Langkah ini merupakan fondasi yang akan membentuk keahliannya di dapur saat Dimas mengelola restorannya sendiri kelak. Dia harus siap menghadapi berbagai tantangan dan mengurus segala sesuatu dari nol. Dimas menginvestasikan sebagian besar waktunya untuk meningkatkan kemampuannya. Ketika istirahat dan pulang kerja dari restoran, ia selalu bersemangat untuk bertanya kepada atasannya dan terus belajar hingga larut malam. Melalui proses selama empat bulan yang penuh dengan pekerjaan pembersihan, ia berhasil naik ke tingkat berikutnya sebagai seorang cook.

Setelah melalui tahun penuh tantangan dengan magang dan bekerja di restoran Italia, Jerman, Dimas memutuskan untuk mengejar mimpi bisnisnya di kampus Fachhochschule Südwestfalen, tempatnya menempuh studi Jurusan Akuntansi Bachelor of Science Economics, Jerman, dengan membuka sebuah usaha kecil menjual pasta. Karena semangat yang membara, setiap pagi pukul 5, Dimas sudah bersiap dan mulai memasak pasta segar. Kemudian, pukul 7 pagi, ia siap berjualan di kampus, menawarkan menu sarapan untuk teman-temannya. Namun, meskipun usahanya membuahkan profit, Dimas mulai merasa tertekan dengan rutinitasnya yang harus bangun pagi, terutama karena ia akan segera memulai membuat skripsi. Dalam keadaan ini, Dimas merasa belum ada urgensi untuk terus berbisnis hingga akhirnya memutuskan untuk menghentikan usahanya.

Transformasi Bisnis: Motivasi Di Balik Keputusan Dimas

Pada tahun 2015, Dimas berhasil menyelesaikan skripsinya dan meraih gelar sarjana. Ia memulai karirnya di dunia kerja dengan menjadi junior akuntan di MedCo, sebuah perusahaan energi bergengsi di SCBD, untuk dua bulan. Selanjutnya, ia melanjutkan perjalanan profesionalnya dengan berbagai pengalaman, mulai dari menjadi marketing di sebuah bank, hingga bekerja sebagai agen marketing di sebuah perusahaan pialang. Meskipun latar belakang pendidikannya adalah akuntansi, Dimas memiliki keinginan yang kuat untuk menjalankan bisnisnya sendiri. Ia menyadari bahwa bekerja di perusahaan-perusahaan besar tidak selalu memberikan rasa nyaman, terutama waktu yang terbuang dalam perjalanan pulang pergi ke kantor, dinamika hubungan kerja yang tidak selalu positif, dan lingkungan kerja yang tidak sehat.

Dengan tekad kuat untuk meraih mimpi tersebut, Dimas kemudian memutuskan untuk melanjutkan studi S2 MBA di ITB pada tahun 2017. Meskipun belum memiliki modal yang cukup, belum memiliki rencana bisnis yang jelas, dan pengetahuan yang terbatas, namun Dimas menyadari bahwa era startup sedang berkembang pesat, dan investor banyak yang tertarik untuk berinvestasi di dalamnya.

Pada tahun yang sama, Dimas memulai perjalanan bisnisnya dengan mendirikan agensi pemasaran digital, OXXO Creative Digital. Perusahaan ini menawarkan layanan iklan yang dipasang di sepeda motor. Namun, bisnis ini mengalami tantangan saat pandemi COVID-19 melanda, dengan pembatasan mobilitas yang membuat promosi melalui sepeda motor tidak efektif. Meskipun demikian, OXXO Creative Digital tetap bertahan dengan mengubah strategi menjadi fokus pada layanan digital yang lebih luas, seperti pembuatan website, iklan, aplikasi, dan manajemen media sosial untuk klien mereka.

Branding yang Menginspirasi: Memasuki Dunia Riset Steak di Tengah Pandemi

Karena gemar menikmati daging, pada tahun 2019 Dimas pernah mencoba makan di sebuah steakhouse di Jakarta dengan harga yang cukup mahal, namun ia merasa kecewa karena rasanya tidak memenuhi ekspektasinya. Ketika pandemi COVID-19 melanda pada bulan Februari, mengharuskan semua orang untuk bekerja dari rumah, Dimas mempunyai banyak waktu untuk riset memasak daging steak. Pada tanggal 24 April, saat ulang tahun ibunya, ia memutuskan untuk membeli daging sapi campuran breed Black Angus seberat 2 kg seharga 2 jutaan. Black Angus, yang merupakan salah satu jenis sapi berukuran besar dari Skotlandia, terkenal akan kualitasnya yang baik sebagai bahan dasar untuk steak di Eropa dan Amerika. Dimas kemudian memasukkan daging tersebut ke dalam kulkas untuk proses dry age, yakni membusukan daging dalam membran bag sampai daging luarnya didiamkan selama sebulan dan di vacum steel, dengan harapan menghasilkan rasa yang lebih intens dan kaya. Sebelum memasukkan daging ke dalam kulkas, Dimas merekam prosesnya dengan video untuk melihat perubahan sebelum dan sesudahnya. Dalam proses ini, ia dibantu oleh sang istri, meskipun terlihat kurang proper karena Dimas masih menggunakan celana boxer dan jemuran terlihat di latar belakangnya.

Namun, apa yang awalnya dimaksudkan sebagai dokumentasi pribadi berubah menjadi sensasi viral tak terduga. Video tersebut secara tidak sengaja diunggah ke platform TikTok milik istrinya dan mendapatkan perhatian yang luar biasa dari para pengguna. Dalam sehari, video tersebut telah ditonton oleh ribuan bahkan ratusan ribu orang, membuat konten Dimas menjadi viral. Dari sini, Dimas terus mengembangkan konten-konten tentang dunia steak, membangun basis penggemar yang kuat di TikTok dengan konten memasak dan edukasi soal daging steak. Meskipun jumlah pengikutnya tidak sebanyak yang lain, namun Dimas berhasil membangun branding yang kuat sebagai seseorang yang ahli dalam urusan daging steak di TikTok. Ia membuktikan bahwa ketertarikan pada niche market tertentu dan keaslian dalam konten bisa menjadi kunci kesuksesan dalam membangun pengaruh di media sosial.

Konsep Berbasis Reservasi: Menciptakan Pengalaman yang Unik

Dimas mengembangkan Meat Guy Steakhouse dengan konsep berbasis reservasi karena tempatnya terbatas, hanya mampu menampung 36 orang. Hal ini memastikan bahwa setiap pelanggan mendapatkan experience yang sesuai ekspektasi, karena untuk makan di sana memiliki harga mulai dari 1 juta hingga 2 jutaan per orang. Dimas memiliki visi untuk membuka cabang steakhouse di Jakarta, terutama di daerah Senopati dan sekitarnya. Selain itu, dia juga berencana untuk membuka cabang di Bali, mengikuti kebiasaan pasar internasional yang senang berwisata kuliner, dan kemudian mengekspansi ke Singapura, Amerika, dan Eropa. Selain itu, Dia juga bercita-cita untuk memiliki sapi sendiri yang dibeli dari Australia. Setelah bisa merawat dan membesarkan sapi itu, barulah ia percaya diri untuk memiliki peternakannya sendiri.

Related Posts

0