Web Series dalam Production House: Awal Mula Reza Nangin Terlilit Utang Miliaran Hingga Nyaris Bunuh Diri

Pengembangan dan Produksi Web Series: Faktor-Faktor yang Mendorong Keputusan Reza Nangin

Selama masa pandemi COVID-19, Reza Nangin, seorang aktor dan presenter Indonesia berusia 41 tahun, merasa perlu banting stir untuk keluar dari zona nyamannya karena minimnya tawaran syuting. Dia memutuskan untuk mendirikan Production House (PH) sebagai langkah baru. Pilihan ini juga didasari oleh pemikiran bahwa sebagai seorang aktor yang bekerja di depan kamera, akan ada regenerasi sehingga suatu saat Reza akan tergantikan dengan aktor muda. Oleh karena itu, dia mencoba untuk membangun production house.

Dalam projeknya yang kedua, Reza mendapat mega project dari Over The Top (OTT) untuk membuat sebuah web series. Sederhananya, OTT adalah media atau platform streaming yang menyediakan beragam konten seperti film, acara televisi, dan serial dari berbagai production house. Kerja sama Reza dengan OTT adalah Reza membuat cerita, setelah ceritanya disetujui, Reza menghitung berapa anggaran yang diperlukan, OTT menyetujui jumlah anggaran dengan nominal yang diperlukan. Lalu, Reza membuat 12 web series dan akhirnya siap untuk ditayangkan kepada penonton melalui platform OTT.

Lancar atau Tidak? : Denda Miliaran sebagai Dampak Keterlambatan Web Series

Production house milik Reza memproduksi web series yang terbagi menjadi tiga batch, setiap batch terdiri dari empat episode, dengan total 12 episode yang diproduksi pada tahun 2022, di tengah masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Dampaknya, web series-nya terlambat dari batas waktu yang ditentukan. Meskipun Reza telah aktif dalam menjaga komunikasi dengan menginformasikan keterlambatan tersebut setiap hari kepada pihak OTT, namun sayangnya dia kurang teliti saat membaca kontrak. Ternyata, terdapat klausul mengenai denda untuk keterlambatan episode per harinya.

Menurut Reza, proses post production memakan waktu yang cukup lama. Post production adalah tahap akhir dalam pembuatan film di mana rekaman disunting dan digabungkan menjadi satu cerita utuh. Tahap ini melibatkan pengeditan, penambahan efek khusus, pengoreksian warna, pemberian suara dan musik latar, serta animasi. Proses post-produksi terdiri dari dua tahap, yaitu offline dan online. Tahap offline berjalan lancar, namun begitu memasuki tahap online, banyak faktor yang menyebabkan keterlambatan, salah satunya adalah proses skoring musik. Skoring musik membutuhkan waktu yang cukup banyak dan proses teknisnya tidak berjalan dengan lancar sehingga menyebabkan keterlambatan dalam pengiriman ke pihak OTT. Skoring musik dilakukan oleh pihak subkon yang berasal dari tim eksternal, bukan oleh tim internal. Keterlambatan tersebut mengakibatkan denda karena pihak OTT merasa dirugikan. Selain untuk skoring musik, semua kru dan talent berasal dari subkon eksternal. Hanya produser, keuangan, dan direktur yang merupakan bagian internal dari tim.

Prioritas Uang Hasil Jual Rumah: Gaji Kru versus Melunasi Denda 

Setelah menyelesaikan semua episode dalam web series, Reza mengirimkan invoice pembayaran termin terakhir kepada pihak OTT seminggu kemudian. Reza telah membagi Total Order of Production (TOP) menjadi lima termin, di mana termin terakhir diberikan setelah penyelesaian 12 episode yang rencananya akan Reza gunakan untuk menggaji para kru dan timnya yang terlibat.

Diluar dugaan, pihak OTT malah membahas soal denda. Denda kerugian yang dialami pihak OTT diperkirakan sekitar 4 juta per harinya. Total keterlambatan hari dari masing-masing batch dijumlahkan sehingga mencapai total denda sekitar 2,4 miliar rupiah. Nilai pembayaran termin terakhir nilainya hampir mencapai 1 miliar rupiah, yang pada akhirnya digunakan oleh Reza untuk melunasi denda keterlambatan kepada pihak OTT. Namun, pembayaran termin terakhir tidak mencukupi untuk menutupi denda keterlambatan, karena Reza dikenai denda sekitar 2,4 miliar rupiah oleh pihak OTT.

Untuk menutupinya, Reza terpaksa menjual rumah yang telah dia tempati selama lima tahun dengan luas 126 meter persegi. Mobilnya juga harus dilepas untuk dijual. Rumah yang ditempati Reza hanya laku dijual sebesar dua miliar rupiah dan separuhnya digunakan untuk melunasi cicilan rumah. Setelah melunasi cicilan rumah, hanya tersisa uang sejumlah satu miliar rupiah. Akan tetapi, Reza tidak bisa melunasi sisa denda keterlambatan sebesar satu miliar rupiah karena uang tersebut digunakan oleh Reza untuk menggaji kru dan timnya yang terlibat dalam pembuatan web series.

Solusi Semu: Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Pula, Investor Kabur dari Event

Reza yang tidak memiliki latar belakang finance dan kurang paham tentang keuangan, merasa kebingungan dalam membayar utang denda keterlambatan. Selama menjadi aktor dalam Cameo Project, Reza hanya fokus pada pembuatan script dan terlibat dalam aspek kreatif saja. Reza tidak mengulik model bisnis pembuatan web series secara mendalam. Karena itu, Reza menghadapi situasi tersebut tanpa memiliki cukup uang. Tentunya, hal ini menimbulkan kepanikan.

Dalam kepanikan tersebut, seorang teman mengajak Reza untuk membuat sebuah event musik. Acara tersebut diadakan di Bali dan Malang. Reza berharap bahwa keuntungan dari event ini dapat digunakan untuk mencicil utang pembayaran denda kepada pihak OTT. Namun, ditengah perjalanan, investor yang sebelumnya mendukung acara tersebut menarik diri. Investor tersebut hanya memberikan 20 persen dari total biaya sebagai uang muka. Akibatnya, Reza harus mencari dana talangan sebesar 80 persen sisanya. Meskipun demikian, acara tetap berjalan dengan lancar dan para artis, kru, serta vendor-vendor dapat dibayar. Namun, tidak ada cukup uang untuk melunasi dana talangan sehingga sisa dana talangan menjadi utang baru sebesar sekitar 80 persen dari total biaya, sekitar satu miliar rupiah.

Dari pengalaman production house, Reza belajar banyak sebagai seorang produser di rumah produksinya. Reza bertekad untuk melakukan segala cara untuk melunasi semua utangnya. Situasi istri Reza juga menjadi sulit karena tidak ada pemasukan. Tahun 2023 merupakan titik terendah baginya, di mana dia merasa kebingungan dan terisolasi karena pada saat itu Reza jauh dari keluarganya yang sedang berada di Bali dan dia berada di Jakarta.

Munculnya Pikiran Putus Asa: Bunuh Diri sebagai Solusi

Pikiran untuk mengakhiri hidup muncul sebagai solusi yang tercepat, dengan harapan masalah utangnya akan terselesaikan. Namun, dia menyadari bahwa itu akan memberikan dampak negatif bagi anak-anaknya, karena mereka tidak akan mengerti pelajaran hidupnya. Reza takut kelak anak-anaknya akan terpengaruh dan mengikuti jejaknya jika dia menyerah begitu saja. Dia menyadari bahwa bunuh diri merupakan tindakan egois. Reza mendapat dukungan penuh dari istrinya. Istrinya tidak takut kehilangan segalanya, dia khawatir jika Reza menyerah begitu saja jika menghadapi kegagalan. Reza merasa bersyukur memiliki keluarga yang mendukung, meskipun dia merasa bahwa dia sendiri yang membuat dirinya hancur dengan cara merasa bersalah dan menyalahkan diri sendiri atas keputusan dan kesalahannya. Reza berjanji untuk tetap bersama keluarganya dalam menghadapi utangnya sekitar dua miliar rupiah. Reza memutuskan untuk menghadapi masalahnya dengan tenang, meskipun dalam kegelapan dan kekalutan pikiran, dia bertanya-tanya apakah dia mampu melangkah ke depan, bahkan hanya satu langkah. Jika bisa, maka dia akan melanjutkan. Reza menyadari bahwa untuk melunasi utangnya, dia harus bekerja keras.

Harapan dalam Kesulitan: Tanda-Tanda Optimisme bagi Reza

Reza mengalokasikan sekitar 60-70 persen dari penghasilannya untuk membayar utang. Bagi Reza dan istrinya, yang terpenting adalah bertahan hidup setiap bulan. Istrinya memiliki latar belakang desain dan minat pada anak-anak, sehingga dia membuka kelas seni untuk anak-anak yang berusia 5-6 tahun, di rumah dan di kedai kopi milik seorang temannya. Kemudian, seorang teman baik memberikan kesempatan bagi Reza untuk tinggal di salah satu rumahnya tanpa harus membayar, memberikan tanda-tanda harapan bagi Reza. Meskipun menghadapi kesulitan, Reza tetap bertekad untuk terus bekerja dan membayar utangnya. Dia percaya bahwa semua ini adalah bagian dari proses yang bisa dilewati dan tidak boleh menyerah. Meskipun pada awalnya banyak kesalahan dan kebodohan, Reza yakin bahwa ada maksud dan tujuan di baliknya. Dia bertekad untuk lebih memperhatikan isi kontrak kerjasama di masa depan dan meminta saran dari teman yang ahli dalam bidang tersebut untuk menghindari kesalahan yang sama.

Baca Juga: Meniti Jalan Menuju Sukses: Perjalanan Hidup Theo Derick sebagai Pebisnis dan Influencer

Related Posts

Mengungkap Meatguy Steakhouse Perjalanan Dims si Meat Guy

Mengungkap Meatguy Steakhouse: Perjalanan Dims si Meat Guy

Dimas Ramadhan Pangestu, owner dari Meatguy Steakhouse, atau yang biasa dikenal sebagai Dims the Meat Guy. Kisahnya dimulai dari sebuah keisengan mengunggah konten memasak daging di platform TikTok. Tidak disangka, kontennya menjadi viral sehingga memicu rasa penasaran banyak orang.

0